Langsung ke konten utama

Childhood Cancer Day 2017


Selama ini saya terlalu paranoid membicarakan soal yang "satu" ini. Faktanya, beberapa teman adalah survivor, dan tampaknya mereka tampak semangat untuk sembuh. So, anggap saja seperti penyakit lainnya, mencegah lebih baik, mengetahui lebih awal lebih baik dan bisa disembuhkan.

Saya akan berbagi informasi tentang kanker anak. Ujug-ujug menulis ini karena saya tahu adanya acara Peringatan Hari Kanker Anak pada tanggal 20 Februari 2017 lalu di Kementerian Kesehatan. Dalam acara itu hadir 3 narasumber yaitu dr Edi Setiawan Tehuteru, SpA(K) MAH, dr Lily S. Sulistyawati, MM (Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kemenkes RI) dan Siti Julia, anak survivor kanker.

Dr Edi Setiawan Tehuteru, SpA(K) MAH bicara soal jenis-jenis kanker pada anak. Kanker telah menjadi masalah kesehatan dunia. Setiap tahun terdapat 12 juta jiwa di seluruh dunia yang menderita kanker, dan 7,6 juta di antaranya meninggal dunia. 

Dan ada 2% kanker yang kerap menyerang anak-anak berusia di bawah 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.  Persentase yang sedikit namun menjadi penyebab kematian kedua terbesar pada anak di rentang usia 5-14 tahun. Setiap tahun lebih dari 175.000 anak di dunia didiagnosis kanker, dan diperkirakan 90.000 di antaranya meninggal dunia. Umumnya penderita datang terlambat atau sudah dalam stadium lanjut.

Kanker pada anak lebih sulit diketahui karena anak-anak pada umumnya belum mampu menyampaikan apa yang dikeluhkan. Oleh karena itu, orang tua dan tenaga kesehatan memegang peran penting dalam mengenali tanda dan gejala kanker pada anak, sehingga   bisa cepat ditangani dan tingkat kesembuhan menjadi lebih besar.

Terdapat 6 jenis kanker yang sering menyerang anak-anak, antara lain:

  1. Leukemia, merupakan penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sumsum tulang. Prevalensi leukemia adalah yang tertinggi yaitu 2,8 per 100.000. Gejala leukemia antara lain lemah, pucat, anak rewel, nafsu makan menurun, demam tanpa sebab yang jelas, pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening, kejang sampai penurunan kesadaran, pendarahan kulit dan atau pendarahan spontan, nyeri tulang, seringkali ditandai dengan anak tidak mau berdiri dan berjalan, dan lebih nyaman digendong, pembesaran buah zakar dengan konsistensi keras. 
  2. Retinoblastoma adalah tumor ganas primer pada mata yang sering dijumpai pada anak usia di bawah 5 tahun. Prevalensi retinoblastoma adalah 2,4 per 100.000 anak. Gejala yang ditimbulkan berupa manik mata berwarna putih, mata kucing, juling, kemerahan, pembesaran bola mata, peradangan jaringan bola mata, dan penglihatan buram.
  3. Osteosarkoma atau kanker tulang adalah keganasan yang timbul di tulang. Angka kejadiannya sebesar 0,97 per 100.000 anak. Kanker ini ditandai dengan gejala nyeri tulang di malam hari atau setelah beraktivitas; pembengkakan, kemerahan dan hangat di area nyeri tulang; patah tulang setelah aktivitas rutin; gerakan tulang terbatas; nyeri menetap di punggung; demam, cepat lelah, penurunan berat badan, dan pucat.
  4. Neuroblastoma yaitu tumor embrional dari sistem saraf simpatis yang berasal dari cikal bakal jaringan saraf. Angka kejadian neuroblastoma adalah 10,5 per 1 juta anak. Gejala yang ditimbulkan antara lain pendarahan di sekitar mata dan mata menonjol; nyeri tulang; perut terasa penuh dan diare; kelopak satu sisi mata menurun, kontraksi pupil, mata kering, pembengkakan di leher; nyeri, lumpuh, gangguan fungsi kandung kemih dan usus.
  5. Limfoma maligna adalah keganasan primer jaringan getah bening yang bersifat padat. Prevalensi penyakit ini adalah 0,75 per 100.000 anak. Gejala yang harus diwaspadai antara lain pembengkakan kelenjar getah bening di leher, ketiak, pangkal paha, dan tanpa rasa nyeri, sesak napas, tersumbatnya saluran pencernaan, demam, keringat malam, lemah, lesu, napsu makan berkurang, penurunan berat badan.
  6. Karsinona nasofaring adalah tumor ganas pada daerah antara hidung dan tenggorokan. Prevalensi kanker ini mencapai 0,43 per 100.000 anak. Gejala dini yang perlu diwaspadai adalah ingus bercampur darah, pilek dan air ludah kental, hidung tersumbat, mimisan, tuli sebelah, telinga berdengung, nyeri telinga, rasa penuh di telinga.
Dr Lily S. Sulistyawati, MM menyampaikan tentang pesan kunci peringatan hari kanker anak 2017 ini, yaitu Akses Layanan yang Lebih baik untuk anak dan remaja dengan kanker, di mana saja.

Mengenali dini gejala kanker anak merupakan kunci keberhasilan pengendalian. Apabila anak dicurigai terkena kanker, maka orang tua harus segera membawa anak ke puskesmas, rumah sakit, atau fasilitas kesehatan lainnya. Tujuannya adalah untuk mengkonfirmasi apakah gejala yang dijumpai tersebut benar kanker atau bukan.

Hingga saat ini belum diketahui secara pasti faktor risiko dan penyebab kanker pada anak. Hal ini diduga merupakan interaksi dari 4 faktor, yaitu genetik, zat kimia, virus, dan radiasi. Belum semua jenis kanker pada anak mempunyai metode untuk dideteksi dini, selain itu kanker pada anak juga tidak dapat dicegah. 


Namun ada baiknya bagi para orang tua untuk mengajarkan perilaku CERDIK pada anak sejak masa kanak-kanak agar terhindar dari berbagai jenis kanker yang timbul di usia dewasa.
  1. Cek kesehatan secara berkala
  2. Enyahkan asap rokok dengan menghindari pengunaan tembakau
  3. Rajin aktifitas fisik
  4. Diet sehat dan seimbang
  5. Kelola stres

Pemaparan Siti Julia sebagai survivor kanker anak sangat mengharukan. Siti menderita retinoblastoma sejak usia 4 tahun (2007). Awalnya Siti berobat di Cikampek sebelum kemudian dirujuk ke RS Hasan Sadikin, Bandung. 

Saat usia 9 tahun Siti menjalani kemoterapi di RS Darmais Jakarta. Siti hampir menyerah. Ayahnya pun memberi semangat. Kemoterapi berlangsung 2 tahun. Akhirnya mata Siti dipasang fortesa (mata palsu). 

Siti sempat minder. Dukungan keluarga dan teman-temannya membuat Siti bertahan. Siti rutin mengganti fortesa. Kini usia Siti sudah 15 tahun. Siti tumbuh me jadi anak berprestasi dan bisa menyemangati sesama penderita kanker anak lainnya.

Kementerian Kesehatan menghimbau pemerintah, swasta maupun masyarakat untuk mendukung upaya pengendalian kanker anak. Kementerian Kesehatan juga mendorong kementerian dan lintas sektor terkait lainnya untuk meningkatkan kerjasama dalam mengatasi masalah kesehatan sehingga semua kebijakan yang ada berpihak pada kesehatan.

Semoga, kita semua, anak-anak Indonesia diberi kesehatan dan keceriaan selalu. Aamiin

Referensi :
SIARAN PERS DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT (P2P), KEMENTERIAN KESEHATAN RI, PADA HARI KANKER ANAK 2017

Komentar