Langsung ke konten utama

Iklim Telah Berubah, Selanjutnya Bagaimana ?

Pembicaraan tentang perubahan iklim (climate change) akibat pemanasan global (global warming) telah terjadi dalam satu abad terakhir ini. Saat itu manusia mulai merasakan ketidaknyamanan suhu dan udara di Bumi, sumber daya alam mengalami penurunan produksi dan bencana alam lebih sering terjadi.

Perubahan pada kondisi fisik Bumi lantas mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia, yaitu aspek sosial, budaya, ekonomi, hukum bahkan politik. Sekuat apapun kita menolaknya, nyatanya bumi telah memanas, iklim telah berubah dan pola kehidupan manusia telah berubah.

It is happened, what's next?
Baiklah, kondisi bumi memang tidak lagi sama. Manusia pun beradaptasi untuk mempertahankan kelangsungan generasinya. Namun apapun aktivitas hidup manusia, semestinya berada pada langkah yang arif demi mempertahankan kelanjutan bumi. Setidaknya, kondisi bumi tidak semakin memburuk. Lebih baik lagi, jika kondisi bumi berangsur membaik. Tidak ada yang tidak mungkin.

Manusia akan melakukan adaptasi sebagai respon natural. Adaptasi adalah upaya oleh manusia untuk mempersiapkan atau menyesuaikan diri dengan perubahan iklim. Adaptasi dapat berupa perlindungan diri terhadap dampak buruk perubahan iklim atau oportunistik dengan mengambil keuntungan dari efek menguntungkan perubahan iklim.

Bentuk-bentuk adaptasi manusia misalnya migrasi ke daerah baru, perubahan sistem budidaya tanaman, perbaikan infrastruktur, membangun penampungan bencana dan yang terpenting adalah perubahan pola tingkah laku. Perubahan iklim yang kita alami sekarang ini lebih cepat dari yang terjadi di masa lalu. Dalam dunia yang saling mempengaruhi satu sama lain, efek negatif perubahan iklim pada satu populasi atau sektor ekonomi dapat berakibat pada seluruh dunia.

Namun, ada batas-batas kemampuan manusia untuk melakukan adaptasi. Karena itu segala aktivitas manusia hendaknya dilakukan dengan orientasi untuk mencegah perubahan iklim terus terjadi. Sebagai contoh, relokasi masyarakat akibat bencana hanya memungkinkan menolong dalam jangka pendek. Jika iklim terus berubah dan bencana sering terjadi maka upaya tersebut akan menemui batas ketidakmampuannya. Adaptasi harus terus dilakukan sambil tetap memegang prinsip pengurangan emisi gas rumah kaca (CO2), penyebab utama perubahan iklim.

Kita, dalam peran kita sebagai individu manusia, masing-masing mempunyai kontribusi pada perubahan iklim di Bumi. Setiap aktivitas individu akan meninggalkan jejak ekologi pada Bumi. Nah, seberapa burukkah jejak ekologi kita? Apa yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan bumi?

Apapun peran kita, satu hal yang mendasar yang harus dipahami adalah belajar dari kesalahan masa lalu. Hal-hal yang menyumbang emisi gas rumah kaca harus dicegah sekuat-kuatnya dan dicari solusinya. Berbagai teknologi yang memanjakan manusia, lantas diketahui menyumbang emisi gas rumah kaca, tidak serta merta mudah untuk dihentikan begitu saja . Harus ada teknologi pengganti yang setara sehingga masyarakat banyak mau beralih pada teknologi ramah lingkungan.

Telah banyak literatur menyebutkan bentuk adaptasi perubahan iklim dan tindakan ramah bumi. Saya mencoba menuliskannya dari sudut pandang masing-masing peran kita dalam masyarakat, sehingga memudahkan untuk melakukan aksi.

Adaptasi dari Rumah

Andaikan masing-masing rumah tangga mampu menggunakan lampu hemat energi, atau lampu tenaga solar, tentu akan banyak tenaga listrik yang bisa dihemat. Begitu juga dengan penggunaan pemanas air dan pendingin ruangan sesuai keperluan, mematikan peralatan listrik saat tidak diperlukan, dan mematikan TV sebelum anda tertidur. Konsumsi wadah minuman kertas dan plastik yang akan meningkatkan volume sampah. Karena itu bentuk adaptasi bisa berupa menggunakan wadah yang bisa dipakai ulang. Jika kreatif, kita bisa mendaur ulang kertas atau plastik bekas bungkus. Minimal, kita memisahkan sampah kering dan sampah basah, sampah organik dan non organik sehingga memudahkan pemulung dalam memilah sampah dan mengirimkannya ke pusat daur ulang

Mari kita menjadi kreatif dengan mengadakan lahan hijau di rumah, dengan menanam tanaman di sisa lahan atau menanam tanaman dalam pot. Bisa juga dengan menjadikan bagian atas atau loteng rumah sebagai tempat menanam bunga dan hijauan lainnya.

Adaptasi sebagai Pengguna Jalan
Setiap kali menggunakan kendaraan bermotor, kita berkontribusi pada pelepasan emisi gas rumah kaca (CO2) ke atmosfer. Langkah konkrit untuk mengurangi pelepasan CO2 ke udara adalah dengan lebih sering menggunakan kendaraan umum daripada kendaraan pribadi. Jika memungkinkan beralih menggunakan sepeda ke kantor. Saat jalanan macet, jangan ragu untuk mematikan mesin mobil, dan tentu saja berperilaku baik di jalan untuk tidak menjadikan diri sebagai penyebab kemacetan. Pemilihan bahan bakar yang ramah lingkungan juga membantu mengurangi pelepasan CO2 ke atmosfer, begitupun dengan perawatan kendaraan sehingga mesin bekerja efisien dan tidak boros bahan bakar. Bahan bakar terbarukan seperti minyak biodiesel mulai digunakan pada beberapa jenis mobil. Ada juga mobil bertenaga solar tanpa bahan bakar minyak, namun saat ini masih belum diproduksi secara komersil.


Adaptasi sebagai Pekerja

Dunia industri dan perkantoran sangat besar berkontribusi pada pelepasan emisi karbon. Sebagai individu pekerja, banyak hal yang kita lakukan dalam rangka melindungi bumi dari kerusakan. Kita bisa mengelola penggunaan energi peralatan kantor secara lebih hemat dan efisien. Ketelitian dalam bekerja dapat mengurangi penggunaan kertas, tinta dan energi. Bukalah jendela ruang kantor agar angin mendinginkan ruangan dan tidak memerlukan pendingin ruangan. Matikan lampu jika cahaya matahari cukup memadai memasuki ruangan. Pihak manajemen gedung sebaiknya mendesain bangunan kantor yang mempunyai sirkulasi udara dan cahaya yang baik sehingga meminimalkan penggunaan AC dan lampu. Dan kita tentu akan merasa segar jika di meja kerja tersedia satu buah tanaman hidroponik.



Adaptasi sebagai Masyarakat Ekonomi


Kita bukan ahli ekonomi, namun masing-masing kita dituntut secara ekonomi untuk berhemat. Perubahan iklim berimbas pada turunnya produksi sumber daya alam, kesulitan produksi dan menyebabkan kelangkaan sumber pangan tertentu sehingga harganya lebih mahal. Berhemat adalah langkah adaptasi ekonomi yang bisa dilakukan oleh individu. Tentu kita berharap, ada langkah-langkah inovasi para ilmuwan untuk dapat meningkatkan produksi pangan dan bahan-bahan kebutuhan hidup dengan tetap memperhatikan azas ramah lingkungan.

Dalam lingkup lebih luas, pemerintah dan departemen yang berwenang mengatur perputaran bahan dan pangan di pasar tentunya mengedepankan kepentingan masyarakat banyak sehingga mampu menghadirkan harga bahan dan pangan di pasar yang terjangkau. Penggunaan pangan lokal adalah bentuk adaptasi masyarakat bidang ekonomi.

Adapatasi Masyarakat Pertanian, Pesisir dan Hutan

Praktisi pertanian mempunyai beban berat untuk menghasilkan hasil panen yang mampu mencukupi kebutuhan pangan dunia, sementara cekaman perubahan iklim telah menggagalkan panen. Penggunaan pestisida tidak lagi sepenuhnya mampu menangani hama dan penyakit tanaman semakin mengganas dan lebih kebal dari sebelumnyau. Karena itu, upaya pengendalian hayati saat ini mulai banyak dilakukan dengan memberdayakan kembali musuk alami yang telah ada di alam. Para pemulia tanaman melakukan perbaikan varietas tanaman yang lebih tahan terhadap cekaman perubahan iklim misalnya tahan panas, tahan kekeringan, tahan genangan air hujan dan banjir. Sementara itu, para peternak berusaha meningkatkan kebugaran ternaknya dari suhu panas dengan membuat kandang-kandang yang banyak menerima aliran udara.

Pada daerah pesisir pantai, kenaikan air laut beresiko pada kerusakan pesisir. Para nelayan dan penduduk pesisir membangun infrastruktur perlindungan pantai dan mempertahankan ruang terbuka untuk mengantisipasi pergeseran batas pantai ke arah pedalaman. Masyarakat pantai saat ini lebih waspada terhadap bahaya tsunami dan gelombang badai dengan memperbaiki rute dan rencana evakuasi untuk mengantisipasi saat bencana datang.

Masyarakat hutan mempunyai peran sangat besar dalam menjaga atmosfer bumi dari efek emisi gas rumah kaca. Banyaknya hutan-hutan yang ditebang karena faktor sosial ekonomi, tampaknya harus diimbangi dengan kampanye penghijauan kembali hutan dunia.

Adaptasi sebagai Pengguna Sumber Daya Air

Pada satu belahan bumi, perubahan iklim mencairkan gunung salju dan es sehingga permukaan air laut meningkat, pada belahan bumi lain, pemanasan global membuat tanah kering dan sumber daya air bersih berkurang.

Adaptasi masyarakat merespon situasi ini adalah dengan meningkatkan efisiensi penggunaan air dan membangun kapasitas penyimpanan air tambahan. Sungai dan tepiannya harus dilindungi dan dikembalikan fungsinya sebagai sumber air bersih.


Adaptasi Bidang Pendidikan

Di sekolah, penggunaan listrik , air dan benda konsumtif tidak sebanyak pada industri dan rumah tangga. Namun sekolah berperan penting dalam mendukung adaptasi masyarakat menghadapi perubahan iklim. Sekolah adalah tempat pendidikan lingkungan bisa ditanamkan pada manusia muda generasi penerus bumi.

Menjadi tugas wajib bagi guru memberikan pemahaman bagaimana pemanasan global dan perubahan iklim terjadi serta bagaimana mencegahnya. Murid dapat melakukan eksperimen sains untuk memahaminya. Dan tentu saja dengan ajakan dan kampanye bertindak nyata menyelematkan lingkungan seperti yang sudah disebutkan pada adapatasi kantor, pengguna jalan dan rumah tangga.







Pendampingan Adaptasi Masyarakat oleh Oxfam

Dampak ekstrim perubahan iklim adalah bencana alam, kelaparan, wabah penyakit dan kemiskinan. Seluruh lapisan masyarakat semestinya mendapatkan pelatihan penyelematan saat bencana terjadi. Pelatihan bisa dilakukan di sekolah, kantor, dan tingkat desa.

Dalam situasi bencana, mental masyarakat yang terguncang perlu mendapatkan dukungan dan pendampingan. Masyarakat yang paling banyak menerima imbasnya adalah masyarakat miskin dan lemah. Mereka yang selayaknya mendapatkan pendampingan lebih intens dari pemerintah dan lembaga-lembaga kemanusiaan.

Berangkat dari sini, tahun 1942 sekelompok orang di Oxford Inggris membentuk organisasi penyelamatan untuk warga Yunani korban perang dunia kedua. Mereka menamakan dirinya Oxfam.

Oxfam adalah konfederasi internasional dari tujuh belas organisasi yang bekerja bersama di 92 negara sebagai bagian dari sebuah gerakan global untuk perubahan, membangun masa depan yang bebas dari ketidakadilan akibat kemiskinan.

Oxfam memasuki Indonesia tahun 1957 untuk membantu anak-anak yatim piatu. Dalam perkembangan oxfam bekerjasama dengan pemerintah dan organisasi lokal untuk membantu masyarakat miskin dan lemah. Oxfam juga bekerjasama dengan nelayan dan petani di pulau-pulau kecil di Indonesia berusaha beradaptasi dengan perubahan iklim. Program Oxfam diantaranya memberdayakan masyarakat memerangi kemiskinan, menanggulangi bencana dan pendidikan adaptasi perubahan iklim.

Saat kesulitan menimpa, bukan lagi saatnya saling menuding menyalahkan. Mari berpikir jernih, mencoba saling mendukung satu sama lain. Yang lebih kuat membantu yang lemah. Bukan lagi waktunya sombong. Karena sesungguhnya, tidak ada yang tahu, siapa selanjutnya yang terkena musibah.

Perubahan sekecil apapun di bumi ini akan mencari keseimbangan. Satu spesies bertambah jumlahnya, sementara spesies lain terancam punah, tetapi lambat laun mereka menemukan keseimbangan ekosistem. Masalahnya, tidak ada yang dapat memastikan kapan keseimbangan itu terbentuk. Jika kerusakan terus terjadi, iklim terus berubah dan bumi terus memanas, ke arah mana kehidupan ini akan bermuara?


Referensi :
www.oxfamindonesia.wordpress.com/oxfam-at-a-glance/
www.epa.gov/climatechange/
www.asacinta.blogspot.com/2011/02/mencari-cahaya-kunang-kunang.html?m=1
gambar dari : www.yolanddhaha.blogspot.com

Komentar